Jelangkung




Nama Jelangkung, dianggap berasal dari bahasa Tionghoa “Cai Lan Gong” yang bisa diartikan secara harfiah sebagai “Arwah Keranjang Sayur” karena bentuk Jelangkung di Tiongkok sedikit berbeda dengan bentuk Jelangkung yang populer di Indonesia. 

Jika di Indonesia berupa boneka dengan kepala dari batok kelapa, dan bagian tangan yang sudah dipasangi alat tulis. Sedangkan jelangkung Tiongkok menggunakan keranjang sayur sebagai bagian bawah bonekanya agar bisa berdiri.

Pertama kalinya kata Jelangkung muncul pada teks kuno dari abad ke-5, dan apa yang orang Indonesia lakukan untuk bermain Jelangkung persis sama seperti penjelasan dalam teks kuno tersebut. 

Seperti boneka Jelangkung yang harus dipakaikan baju, ada lagu atau mantra yang harus diucapkan untuk memanggil arwah pengisi Jelangkung, termasuk penjelasan tentang bagaimana Jelangkung bergerak ketika menjawab pertanyaan. Hingga kemudian, alat tulis ditambahkan untuk memperjelas jawaban dari Jelangkung. 

Belum lagi dengan kunci yang digantung di leher Jelangkung, yang dicelupkan ke dalam gelas kopi atau air putih jika si arwah memintanya.

Kesamaan lain antara Jelangkung Tiongkok dengan Jelangkung Nusantara yakni digemari oleh anak muda, digunakan untuk menjawab pertanyaan yang sepele seperti nomor lotere yang akan menang, atau siapa yang akan menjadi pacar dari siapa.

Jauh sebelum Jelangkung memiliki bentuk seperti ini, dikenal pula permainan mistis bernama “Fu Ji” berupa tangkai kayu berbentuk seperti huruf “Y”. Pada sisi kanan dan kiri dipegang oleh dua orang, sedangkan ujung yang paling bawah bergerak menulis di atas hamparan pasir. Tradisi ini terkait erat dengan agama tradisional Tionghoa, yaitu ajaran Tao yang memiliki banyak metode ramalan.